- Masalah yang ada dalam Pengelolaan Kelas
Dalam menangani
tugasnya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan kegiatan-kegiatan
didalam kelasnya. Permasalahan ini meliputi dua jenis juga, yaitu yang
menyangkut pengajaran dan yang menyangkut pengelolaan kelas.
Guru-guru harus mampu membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat. Amat sering terjadi guru-guru menangani masalah yangbersifat pengajaran dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. Misalnya, seorang guru berusaha membuat penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang sering tidak masuk menjadi lebih tertarik untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa tersebut tidak senang berada di kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan. Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.
Guru-guru harus mampu membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat. Amat sering terjadi guru-guru menangani masalah yangbersifat pengajaran dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. Misalnya, seorang guru berusaha membuat penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang sering tidak masuk menjadi lebih tertarik untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa tersebut tidak senang berada di kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan. Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.
Untuk dapat menangani masalah-masalah
pengelolaan kelas secara efektif guru harus mampu:
- Mengenali
secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat
perorangan maupun kelompok.
- Memahami
pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu.
- Memilih
dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang
dimaksud.
- Jenis-Jenis
Masalah dalam Pengelolaan Kelas
Ada dua jenis masalah
pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau individual dan yang
bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan atau individual dan
masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar dipisahkan yang satu dari
yang lain. Namun demikian, pembedaan antara kedua jenis masalah itu akan
bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan menangani permasalahan
yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.
Masalah pengelolaan kelas tersebut, yaitu
:
- Masalah
Individual :
Penggolongan masalah
individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu
mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar
untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal
mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah
laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku
menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan memperlihatkan
ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama makin berat.
Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi
menjadi anak yang mengejar kekuasaan.
- Attention
getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
Seorang siswa yang
gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana hubungan sosial
yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku
mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif
dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak(memperolok), membuat
onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang
rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada
anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
- Power
seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Tingkah laku mencari
kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari
kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan
pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan
sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada
anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa
sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif
memperlihatkan ketidakpatuhan.
- Revenge
seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
Siswa yang menuntut
balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia
sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan,
penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama
siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak
ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan
pemain-pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka
menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif.
Anak-anak penuntut balas yang aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas
dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak
patuh (suka menetang).
- Helplessness
(peragaan ketidakmampuan).
Siswa yang
memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha
mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap
menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap
bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa
harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku
mengundurkan atau memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan
ini selalu berbentuk pasif.
- Masalah
Kelompok :
Ada tujuh
masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
a. Kurangnya
kekompakan
Kurangnya kekompakan
kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para
anggota kelompok. Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis
kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini.
Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak
sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa
di kelas seperti ini akan merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga
mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa
tidak saling bantu membantu.
b. Kekurangmampuan
mengikuti peraturan kelompok
Jika suasana kelas
menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas yang telah
ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti
peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku
mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara
keras-keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang
bekerja di tempat duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu
antri di kafetaria dan lain-lain.
c. Reaksi
negatif terhadap sesama anggota kelompok
Reaksi negatif terhadap
anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan
terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota
kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang
menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini
kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
d. Penerimaan
kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang.
Penerimaan kelompok
(kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu
mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku
menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah
perbuatan memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar
yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan
masalah perorangan telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih
perlu mendapat perhatian.
Kegiatan anggota atau kelompok yang
menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan
atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja.
Masalah kelompok anak
timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran kegiatannya. Dalam
hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang
sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk
mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi ialah
para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil.
Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan
kekhawatiran.
e. Ketiadaan
semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.
Masalah kelompok yang
paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau
melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung.
Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan
pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak
dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain
merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan
keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara
terbuka biasanya jarang terjadi.
f. Ketidakmampuan
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Ketidak-mampuan menyesuaikan
diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak
wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan
kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan
jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi
sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu
ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai
ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering terjadi ialah
tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal
biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
- Cara Mengenali Adanya Masalah
Ada empat teknik sederhana untuk
mengenali adanya masalah-masalah dalam pengelolaan kelas. Diantaranya yaitu :
- Jika
guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal
itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami
masalah mencari perhatian.
- Jika
guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda
bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
- Jika
guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah menuntut balas.
- Jika
guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa
yang bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan,
guru hendaknya benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah
tingkah laku siswa-siswa yang dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu
mengarah ke mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas, atau
memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani masalah
siswa secara tepat pula.
- Cara Penyelesaian Permasalahan
Dalam Pengelolaan Kelas
Untuk mengatasi masalah
dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan,diantaranya sebagai berikut:
- Pendekatan
Kekuasaan
Proses untuk mengontrol
tingkah laku anak didik. Peran guru disini adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Didalamnya ada kekuasaan dalam
norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk
norma itulah guru mendekatinya.
- Pendekatan
ancaman
Proses untuk mengontrol
tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik
dilakukan dengan cara memberikan ancaman. Misalnya: melarang, ejekan, sindiran
dan memaksa.
- Pendekatan
Kebebasan.
Suatu proses untuk
membatu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan
dimana saja. Peran guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak
didik.
- Pendekatan
Resep.
Dilakukan dengan suatu
daftar yang dapat menggambarkan apa yang
harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam merealisasikan
masalah atau situasi yang terjadi dikelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap
demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peran guru hanyalah mengikuti
petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
- Pendekatan
Pengajaran
Berdasarkan atas suatu
anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya
suatu masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak
bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar
untuk mencegah dam menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peran
guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
- Pendekatan
Perubahan Tingkah Laku.
Suatu proses untuk
mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah
laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku ini, bertolak dari sudut pandang
psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai berikut:
a. Semua
tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas berusaha menyusun program kelas dan
suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan
siswa mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku
dilingkungan sekitarnya.
b. Didalam
proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguasaaan
positif, hukuman, penghapusan dan penguatan negative. Asumsi ini mengharuskan
seorang wali/guru kelas melakukan usaha-usaha mengulang-ulangi program atau
kegiatan yang dinilai baik (perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku terutama
di kalangan para siswa.
- Pendekatan
Suasana Emosi dan Hubungan Sosial
Berdasarkan suasana
perasaan dan suasana sosial didalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung
pada psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Menurut pendekatan ini
pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana sosial
dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Disini guru adalah kunci terhadap
pembentukan hubungan pribadi itu, dan perannya adalah menciptakan hubungan
pribadi yang sehat. Untuk itu terdapat dua asumsi pokok, yaitu:
a. Iklim
sosial dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat hubungan
interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan
siswa dengan siswa, merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses
belajar mengjar yang efektif.
b. Iklim
sosial dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan
kegiatan belajar mengajar, yang didasari dengan hubungan manusiawi yang
efektif.
- Pendekatan
Proses Kelompok
Suatu proses untuk
menciptakan kelas sebagai sistem sosial, dimana proses kelompok merupakan yang
paling utama. Peranan guru adalah mengusakan agar perkembangan dan pelaksanaan
proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan
anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual
sehingga teripta kelas yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut :
a. Pengalaman
belajar di sekolah bagi siswa berlangsung dalam konteks kelompok sosial. Asumsi
ini mengharuskan wali/guru kelas dalam pengelolaan kelas selalu mengutamakan
kegiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di kelas.
b. Tugas
guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok yang
efektif dan produktif. Berdasarkan asumsi ini berarti seorang wali/guru kelas
harus mampu membentuk dan mengaktifkan
siswa bekerjasama dalam kelompok yang sudah terbentuk di dalam kelas.
- Pendekatan
Eklektis atau Puralistik
Pendekatan ini
menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/guru kelas dalam
memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.
Disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha
menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu
kondisi yang memungkinkan proses belajar belajar berjalan efektif dan efsien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar